aku tak perlu menanyakan kabarmu, karena senyummu yang manis kala itu di twenty one sudah menjawab segalanya. nampaknya kamu sehat-sehat saja. sinar matamu yang bersinar terang cukup membuatku tenang. tak berkurang kegilaanku sedikit pun, aku ternyata semakin mencintaimu dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar.
dalam diam dan candaku, aku menemukan kebahagiaan dalam dirimu. wanita ini walaupun dalam kegelapan ruangan bioskop ini dengan jilbab yang membalut seadanya. tampak sangat manis.
baiklah, aku lancang. ketika menyadari posisiku bukan siapa-siapa, aku memilih menatapmu dari dekat tanpa bisa menyentuh.
sudah lama kutunggu saat-saat itu, saat aku melihat dari dekat wajahmu meskipun harus berjibaku dengan ratusan cemburuku.
aku memimpikan saat-saat bisa menyelami banyak hal yang ada di bola matamu. tertanggal tujuh desember dua ribu dua belas, aku merasakannya, saat menonton film bidadari-bidadari surga kuatnya magismu, tawa lembutmu, dan suaramu yang santai menyebabkan gerakan aneh di hatiku. entah perasaan apa. senyummu yang bisa kunikmati dari jarak sembilan puluh sembilan centi itu terus mengguncangkan pikiranku. kalau kau tak ada di sampingku (bioskop) kala itu, aku akan memelukmu erat-erat dan tak akan melepaskanmu sampai kapan pun. mustahil.
siapa aku di matamu? rasa kagumku terlalu kecil jika dibandingkan dengan rasa kagum dan perhatian dia untukmu. keberaniaanku untuk menyentuhmu terlalu lemah, hingga hanya jemari dan senyummu saja yang bisa kusentuh. kebahagiaanku berlipat ganda. senyummu bisa kunikmati tanpa batasan.
sekarang, saat sedang menulis ini di kantor, kepalaku seakan berputar tak karuan. sosokmu yang manis dan suara ketawamu kala itu masih terdengar di telingaku. ini kali pertamanya aku berjalan denganmu saat diajak nonton bersama oleh idho.
kepercayaan dan keyakinanku terjawab juga, jika tuhan mau, segala yang tak mungkin bisa saja menyentuh nyata. aku tak berharap ini adalah pertemuan dan jalan bareng terakhir kita. izinkan aku terus berdoa untuk pertemuan kita selanjutnya. perbolehkan aku terus mencintaimu dalam diam dan ketakutanku.
takut? apa yang kutakutkan? aku takut jika hanya aku yang histeris sendirian ketika kau tiba-tiba muncul dalam ingatanku. aku takut jika perhatianku tak benar-benar kaurasakan. aku takut pada ketidaktahuanmu terhadap sosokku. pelan-pelan kamu kumpulkan semangat ini, lalu kamu susun dengan rapi. kamu isi dengan asa yang baru, lama mungkin, tapi sekarang hati itu telah penuh dengan asa darimu.
kamu.. kamu.. kamu.. kali ini, kamu memenangkannya, menggondol hati yang sempat berceceran itu. menjadikan sebuah rindu.. maaf, aku lama menyadari rindu itu untukmu. mencintaimu, berarti juga belajar mencintai kesabaran. mencintai arti menunggu. karena untuk meyakinkan hatimu, aku harus bersabar hingga waktu yang tak berbatas. menyayangimu, berarti juga belajar menikmati adanya proses. karena tak mudah untuk menggenggam jemarimu. harus kulakukan selangkah demi selangkah agar tak mengejutkanmu. menyuburkan harapan tentangmu, berarti juga belajar membangun hati yang tak mudah menyerah. ketika aku jatuh dan hampir lelah meyakinkanmu, aku harus segera bangkit lagi. karena aku yakin, di balik kerasnya hatimu, tersimpan kelembutan untukku.
menginginkanmu, berarti juga belajar berkompromi dengan sang waktu. karena untuk dapat menatap langsung kedua matamu, aku harus menahan rasa dan mengalah pada waktu yang tak kunjung tiba. terima kasih untuk sehari bersamaku, kesempatan yang mungkin sulit untuk aku dapatkan lagi.
akhirnya aku sadar diantara banyak pilihan yang hadir, akan ada satu pilihan yang menetap di hati. kamu! aku memperjuangkanmu, kamu yang menemaniku disaat mendaki. bukan ia yang menungguku di puncak. bukan sejauh mana kita mampu bermimpi, tapi sejauh mana kita berusaha mewujudkannya.
akulah bagianmu dan kaulah hidup. kau tegaskan aku lewat mata yang menutup. menjiwaku dengan rasa yang tak redup, kaulah cinta yang tak terbantahkan. dan itu cukup!