Dear Perempuan-Perempuan besi :
Hari ini saya menulis tentang “The Real Superwoman.
Trima kasih saya Haturkan bagi Perempuan-perempuan Besi, Perempuan-Perempuan yang menginspiratif setiap detak tulisanku. :)
Sudah lama rasanya saya tidak menulis yang rada berat kayak gini.
Sudah lama pula rasanya saya tidak berbagi pembelajaran saya akan hidup.
Kali ini, ijinkan saya berbagi tentang sesuatu yang baru saja menggetarkan kalbu saya kala seusai perjumpaan kami di salah satu tempat tongkrongan di kota ambon, meskipun saya tahu, saya belum cukup pantas dan layak untuk menuliskan ini.
Mungkin mulut adalah bagian yang kecil dari tubuh kita. Namun ia memiliki fungsi yang cukup besar. Dengan mulut anda dapat mengekspresikan semua rasa di hati anda dan juga di jasmani anda. Dengan mulut anda bisa membangun orang, menginspirasi orang, bahkan menjatuhkan orang dengan seketika.
Mungkin tangan adalah bagian tubuh kita yang sangat penting. Dengan tangan, kita semua, ya di sini tepatnya, bisa membuat miracle yang bisa membangkitkan orang. Ya, tentu saja lewat tulisan kita. Lewat tangan kita, kita bisa menyalurkan apapun yang ada di hati kita lewat tulisan yang kita buat. Namun lewat tangan kita juga, mungkin tanpa sadar kita telah membunuh perasaan orang lain.
Lantas itu semua hanya keputusan kita semua. Mau mempergunakannya untuk membangun atau menjatuhkan??? Bukankah kita semua ada di rumah ini untuk saling support, berbagi, dan bersenda gurau layaknya sebuah keluarga???
Cerita saya ini bukan rekayasa, ini kisah nyata, dan tanpa bermaksud menakut-nakuti yang belum menikah (sepertinya saya juga kena deh. hehehe).
saya justru ingin melihat permasalahan ini dari sisi lain, yaitu bahwa wanita memang bukan mahluk yang lemah, terbukti sekali dari sosok Beliau ini, saya rasa lebih berat hidup serumah bersama suami yang tidak bertanggungjawab ketimbang harus jadi single parent karena divorce atau ditinggal mati suami,misalnya.
Pernahkah anda menyesali sesuatu? Sebesar apa dan bagaimana anda mengelola rasa sesal itu?
Seriously, saya gak tau apa yang terjadi di rumahnya saat itu.
Saat hari ini saya bukan Ngerumpi, Apa yah? Entahlah, Mungkin saya hanya menyampaikan sedikit saran.
tidak apa-apa sih kalo ngak diterima, tapi kalo diterima, ya udah jalanin ajah... "Udah kayak pacaran aja??" hahaha
Seorang perempuan, yang saya taksir umurnya sekitaran 35 Tahun, sebut saja namanya syahrini, single mom/single Parent.
Terus terang saja saya kaget karena tak semua perempuan yang begitu percaya diri dan berani berkata selantang itu di ruang publik (meski kami hanya berinteraksi beberapa orang saja). mengatakan bahwa "saya adalah single parent!"
Kata-Kata di seberang sana terdengar lebih tegar dari biasanya, ketika kami berada dalam percakapan siang itu.
Beliau disini ada dalam tanda kutip karena ia bukan Istri saya, bukan juga Pacar saya (emang gak punya sich! *nge-dehem..ehm,ehm*.
tapi dia sudah lebih dari sekedar SAHABAT buat saya,
walau umurnya lebih tua sekitar 12-13 tahun. Segalanya selalu kami bagi walaupun itu hanya dalam chat-chat yang mungkin saja menurut beliau itu nggak penting. tapi menurut saya, apapun itu slalu penting buat saya. walaupun pada dasarnya, saya baru mengetahui kejadian ini terlambat. wajar jika saya begitu kaget saat mendengarnya, maklum saya bukan orang yang begitu kepo untuk urusan pribadi seseorang.
saya selalu bersedia menjadi ‘tempat sampah’ untuknya, walau tak pernah saya berani untuk menasihatinya, bahkan untuk berkata ‘sabar yaa’ karena jika saya berada di posisinya, mungkin sudah lama saya mendiami rumah ukuran 2x1 di tanah mangga dua atau tanah Kusir kalee yaa *merinding*
Rasa penasaran saya terjawab ketika dalam sesi perbincangan yang lebih lebih jauh, dia bercerita tentang hidupnya, pernikahan dan kemudian keputusannya untuk bercerai dan menjadi orang tua tunggal. dan kini memilih menjadi single parent, tentu saja ada rasa menyesal.
Tapi hebatnya, dia bilang dia merasa jauh lebih baik sekarang setelah sendirian. "Enakan sendirian dan jadi diri sendiri.. Dan sekarang hidupku jauh lebih tenang alias "MERDEKA". hehe katanya sambil tersenyum. entah itu senyuman yang direkayasa atau tidak. saya tidak tahu.
pengen ketika saya ingin bertanya, tapi tidak jadi.
"apakah dia pernah merasa sebegitu menyesalnya sampai-sampai dia berkeinginan memutar balik waktu kalau saja bisa?"
pastinya pandangan saya dia akan menjawab dengan tegas,
"nggak. nggak pengen mutar balik waktu. kalo mutar balik waktu, aku nggak punya anak, dong."
Hmmm... :)
Dan sekarang, anak dan pekerjaannya di kota ini adalah energi hidupnya.
Menyesal bukan lagi issue penting, karena what's done is done!!!
Tak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubah sejarah, bukan?
Yang bisa kita upayakan hanyalah mencoba menjadi manusia yang lebih baik, ibu yang lebih baik, dan menjalani hidup dengan lebih baik serta berusaha tidak mengulangi kesalahan dan mengambil keputusan yang salah di masa yang akan datang.
Tapi itulah, setegar apapun wanita, dia bukan "ironwoman" atau bukan "wanita berhati besi".
Buat saya Beliau adalah the Real Superwoman, wanita tegar yang berhati lembut dan tentu saja bisa rapuh ketika digerus kekecewaan demi kekecewaan yang selalu melukai hatinya.
*cihh, jadi melo,gini sich.*
Kalau masih berstatus sah sebagai suami-istri, sang istri tetap harus menjalankan kewajiban ke suaminya,kan?
sementara, kalau suami tidak menjalankan kewajibannya maksimal, istri susah protes, karena siapa yang bisa mengukur itu sudah maksimal atau belum, suami tidak mau disalahkan. dan lebih parahnya lagi kalau menjadikan istri sebagai korban kekerasan rumah tangga. ironis skali hidupmu kak. hehehe
Tapi hidup juga sebuah pilihan, dan tidak ada yang salah-benar terhadap pilihan itu.
Beliau pada awalnya memilih untuk fight dengan segala kesulitan, namun kini dia memilih untuk ‘berhenti’ dan saya rasa tidak ada alasan saya untuk tidak menDUKUNGnya.
Semoga cerita hidup Beliau yang dia ceritakan tanpa beban kepada saya tadi bisa menginspirasi perempuan-perempuan lain di luar sana, bahwa perempuan memang makhluk luar biasa, Manusia langkah dan spesies yang diciptakan untuk bisa tampil selembut bidadari tapi juga sanggup menantang kehidupan sekaligus menaklukkannya ketika dibutuhkan.
Menyesal itu normal, tapi bagaimana kita keluar dari jeratan rasa tak nyaman yang ditimbulkan oleh rasa sesal itu yang paling penting, kan?
Whatever your choice, you are still The Real Superwoman in this life…
Saya sudah lama menjadi pengagum wanita-wanita besi...
Wanita-wanita lajang atau single fighter mom yang membangun hidupnya dari kaki tangannya sendiri. wanita mandiri yang hidup dari hasil keringatnya sendiri.
Saya kagum, karena mereka mampu mengangkat kepalanya walau hidup terasa sangat berat, bahkan untuk seorang lelaki sekalipun.
Sahabat saya ini, salah satu wanita besi, Dia menjalani hidupnya dengan nyaman. Terasa tidak pernah kesepian. slalu happy ketika bermain di dunia sosial media. Saya memuji betapa beruntungnya dia, perempuan yang cantik, good personality, kerjaan yang mapan, dan sepertinya laki-laki manapun akan bertukuk lutut dihadapannya. Tapi kenapa dia tetap melajang.
"Semua itu yang membuat saya melajang" begitu katanya enteng.
Dia menganggap laki-laki melihatnya terlalu sempurna, sehingga laki-laki manapun akan merasa minder dengan segala kelebihan yang ia punya.
Dia mengakui, kadang ada masa di mana dia merasa sendiri. Tapi dia menikmati hidupnya. Seperti membiarkan daun yang jatuh dari pohonnya, tanpa perlu takut menyentuh tanah. Dia perempuan besi, namun tetap manusiawi. Dia tetap bermimpi meminang pangeran dunia, tapi tetap realistis ketika dia harus melewati tiap detiknya bersama angin (bersama Anak-Anaknya).
Dalam beberapa kesempatan, saya slalu berdiskusi dengannya entah itu secara langsung ataupun via media sosial.
Dia perempuan besi yang membesarkan keempat buah hatinya sendiri. Dia harus bercerai dengan suaminya, tapi hal itu tidak menjatuhkan semangatnya untuk berjuang membesarkan anak-anaknya. Dia menjadi ibu yang hangat dan penuh kasih sayang, sekalian menjadi ayah yang tegas dan kuat untuk anak-anaknya.
Tidak ada doa nya, selain melihat anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang cukup atas segala hal. Dia orang pertama yang menangis ketika anaknya sudah mampu mengukir prestasi dunia, lalu segara menghapus air matanya jika anak-anaknya menoleh melihat dia. Dia perempuan besi yang mampu menunjukan pada keangkuhan lelaki, bahwa perempuan mampu menitih jalanan menuju pelangi, walau memanjat susah payah dari awan ke awan.
Hormat saya yang paling dalam untuk para perempuan-perempuan besi. Perempuan yang mampu berkata "Hidup tidak berpihak pada yang merangkak, Hidup tak suka pada mengeluh dan berkeluh kesah, tapi hidup mendukung setiap manusia yang mau berdiri pada dua kaki besinya dan bekerja dengan dua tangan bajanya"
Untuk kakak syahrini, terima Kasih untuk inspirasinya & izinkan saya mengupload tulisan jelek ini diblog saya.
Untuk dirimu Perempuan-perempuan besi, Allah Bless You!
adly saluuut kak!
kamar 2x1 dalam kenangan
0 komentar:
Post a Comment